HTTP://TOTOBIOUNIGAL.BLOGSPOT.COM
WAHANA EDUKASI by TotoBio Unigal Ciamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 29 Mei 2010

Khotbah Jum'at: PERTOLONGAN ALLAH

Masjid Roudlotul Muttaqin Universitas Galuh Ciamis

Khotbah Jumat, 14 Mei l 2010

Khotib: H. Toto

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ؛

َيَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!

Dalam menjalani kehidupan ini, kita tidak lepas dari kesulitan dan penderitaan. Berbagai kesulitan kadang menimpa kita. Kesulitan dalam belajar, kesulitan dalam mendidik, kesulitan dalam pekerjaan, kesulitan dalam mencari rizki, kesulitan dalam membina rumah tangga, kesulitan dalam mengayomi anak, dan banyak lagi kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan dan penderitaan yang menimpa kita, mungkin merupakan teguran atas dosa dan kesalahan kita. Kesulitan dan penderitaan itu mungkin juga sebagai ujian yang diberikan Allah, karena Allah sayang kepada kita.

Bagaimana kita menyikapi kesulitan dan penderitaan itu sehingga sesuai dengan petunjuk-Nya? Al-Quran mengajarkan bahwa kita tidak boleh berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah. Kita mendekatkan diri kepada-Nya agar Allah memberikan pertolongan, sehingga kesulitan dan penderitaan yang menimpa kita segera berlalu. Yang menjadi permasalahan adalah “Sudah pantaskah kita menjadi hamba-hamba Allah yang akan ditolong-Nya?” Inilah yang harus kita jawab dan buktikan dengan amal perbuatan kita.

Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!

Dikemukakan Miftah Faridl (2010) bahwa dalam al-Qur’an terdapat sepuluh janji Allah yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Janji pertama adalah keberkahan. Berkah adalah suatu anugerah yang benar-benar memberikan kebahagiaan dan kemantapan hidup bagi kita. Rezeki yang berkah adalah rezeki yang memberikan kebahagiaan. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang memberikan kebahagiaan hidup. Sebaliknya, rezeki yang tidak berkah adalah rezeki yang tidak melahirkan kenikmatan, tapi justru melahirkan laknat dan kemaksiatan. Berkah Allah itu dijanjikan. Akan dibuka selebar-lebarnya. Akan dikucurkan oleh Allah dari langit dan dikeluarkan dari bumi bagi mereka yang betul-betul memiliki iman dan takwa.

Janji ke-2 adalah kebahagiaan dan kemantapan hidup. Ini dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Ke-3, furqanah. Furqanah adalah satu jalan yang bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, antara yang menyesatkan dan yang membahagiakan, antara hak dan batil. Ke-4, kemudahan. Ke-5, rezeki. Ke-6, jalan keluar dari kesulitan. Ke-7, Allah akan menyertai orang-orang yang beriman dan bertakwa. Ke-8, Allah mencintai mereka yang bertakwa. Ke-9 dan ke-10, ampunan dan kebaikan.

Hadirin Sidang Jum;at yang dirahmati Allah!

Orang-orang yang akan menerima janji Allah adalah mereka yang beriman. Mereka yang memantapkan ibadah shalatnya. Mereka yang siap menginfakkan dan memanfaatkan segala anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Dalam Q.S. al-Baqarah:177 Allah menerangkan kriteria orang yang akan mendapatkan sepuluh janji Allah itu. “Pertolongan Allah akan turun kepada mereka yang memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, dan orang yang meminta-minta, memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam menerima cobaan dan penderitaan.”

Dalam ayat lain Allah juga memberikan kriteria orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan-Nya. Di antaranya, mereka yang siap menginfakkan hartanya setiap saat dalam keadaan apa pun. Ketika ia memperoleh keuntungan ataupun mendapatkan kerugian. Mereka yang mampu mengendalikan emosi dan kemarahannya. Mereka yang mampu mengendalikan diri untuk bersikap arif. Mereka yang selalu siap memaafkan kesalahan orang lain. Mereka yang dalam dirinya tidak pernah tumbuh perasaan dendam dan selalu berusaha menegakkan ‘amar ma’ruf nahyi munkar.

Apabila kesulitan menghadang kita, maka ucapkanlah “Hasbunallah wa ni’mal wakiil” (cukuplah Allah sebagai penolong kami). Allah yang maha kokoh yang membebaskan kita dari berbagai kesulitan. Marilah kita jadikan kalimat”Hasbunallah wa ni’mal wakill” sebagai motto dan semboyan hidup kita.

Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah

Apabila kita terlanjur berbuat dosa dan salah, segera sadar bahwa kita telah berbuat salah dan mengakui kesalahan. Kita tidak bersilat lidah untuk membela kesalahan. Kita akui kelemahan diri dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Kita tidak pernah bangga akan dosa yang telah diperbuat, tidak merasa betah di dalam dosa, dan siap bangun di penghujung malam untuk melakukan sujud dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan beristigfar menghadap Allah SWT, sehingga kita termasuk orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan-Nya.

Khotib menghimbau khususnya bagi diri sendiri dan umumnya bagi civitas akademika Universitas Galuh, serta sidang Jum’at yang berbahagia, marilah kita lakukan gerakan qiyamul lail, shalat di penghujung malam. Selain bekerja keras sesuai dengan bidang dan kemampuan yang kita miliki, kita pun perlu menyediakan waktu di penghujung malam untuk melakukan sujud, tobat, dan istighfar (memohon ampun kepada Allah). Kita memohon pertolongan-Nya, supaya kita terbebas dari segala macam musibah dan kesulitan.

“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung”. (An-nur : 31).

Kita sadar, tidak ada seorang pun di antara kita yang bebas dari perbuatan dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, Rasullulah Saw memberikan contoh. Meskipun sudah mendapatkan jaminan dari Allah, tetapi beliau beristighfar lebih dari tujuh puluh kali setiap penghujung malam. Maka pantaslah, kita yang sekarang ini mengharapkan pertolongan Allah menyediakan waktu untuk beristighfar, semoga Allah memberikan apa yang dijanjikannya kepada bangsa dan negara kita secepatnya. Barakallahu li walakum.*



Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

oOo

Daftar Pustaka

Al Qorni, A. 2004. Laa Tahzan: Jangan Bersedih. Bandung: Irsyad Baitus Salam

Dhaif, M.N. 2009. Jalan Tobat. Solo: Aqwam Media Profetika

Faridl, M. 2010. Khotbah Jum’at: Menggapai Pertolongan Allah. Bandung: Pusdai

Baca lebih lengkap...

Rabu, 26 Mei 2010

Bahan Ajar: ALAT-ALAT OPTIK

Dalam bab ini Anda akan mempelajari alat-alat optik dan penerapan konsep-konsep pembiasan cahaya dalam alat-alat optik. Secara rinci dalam bab ini akan dibahas: indera penglihat (mata), lensa kaca mata, kaca pembesar (lup), kamera dan mikroskop.

1,Alat Optik pada Hewan

     Hewan apa yang mengeluarkan cahaya? Tentu Anda tidak asing dengan kunang-kanang, bukan?. Kunang-kunang adalah sejenis serangga golongan lampyridae merupakan familia dalam ordo kumbang coleopteran yang dapat mengeluarkan cahaya jelas terlihat pada malam hari (http;// id.wikipedia.org/:2008:1) Cahaya yang dihasilkan kunang-kunang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah, dan panjang gelombangnya 510 hingga 670 nanometer.
     Cahaya dikeluarkan kunang-kunang sebagai alat komunikasi. Kunang-kunang menggunakan sinyal cahaya untuk berkomunikasi yang menyerupai sandi morse. Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan  cahayanya untuk mengirimkan pesan kepada lawan jenisnya. Demikian halnya kunang-kunang betina menggunakan kode yang  sama untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Hasil pesan  timbal balik itu, maka sang jantan dan betina mendekat satu sama lain.

2. Indera Penglihat (Mata)
     Mengapa mata termasuk sistem optik? Mengapa mata merupakan sistem optik yang paling penting? Pertanyaan ini mengajak Anda untuk merenungi anugerah Tuhan bagi manusia yang tidak ternilai harganya yaitu mata. 
     Pertanyaan ini juga menuntun Anda untuk mengaplikasikan konsep pembiasan cahaya pada alat indera penglihat (mata). Oleh karena mata mempunyai karakteristik sistem optik seperti pemantulan dan pembiasan, maka mata termasuk sistem optik. Mata adalah sistem optik terpenting, dan merupakan anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya, serta tidak dapat diganti dengan mata buatan.
     Di manakah letak bola mata kita? Bola mata terletak di dalam rongga mata, dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak. Bola mata berdiameter 20-23 mm (Gabriel, 1996). Gambar 1 menunjukkan penampang bola mata. Carilah gambar mata dari buku referensi lain, kemudian Anda bandingkan dengan gambar mata pada Gambar 1!

Catatan: (maaf gambar masih dalam revisi)

     Mata adalah organ indera yang menerima informasi dalam bentuk berkas cahaya yang memantul dari sesuatu yang dilihat. Mata dapat mengubah berkas cahaya menjadi pesan listrik yang dapat dipahami oleh otak. Bagian-bagian mata (sederhana) yaitu: kornea, lensa mata, iris dan pupilnya, retina, bintik kuning (macula lutea), otot siliari, dan saraf optik.

Gambar 1 Penampang bola mata (maaf gambar blm nampak)

Tugas: Lengkapi Gambar 1 dengan bagian-bagian mata yang belum tertera pada gambar, dan Anda temukan dari referensi lain, yaitu: pupil, otot siliari, dan saraf optik!

1. Kornea mata
      Kornea atau selaput bening merupakan bagian mata paling luar. Tebal kornea 0,5 mm (Gabriel, 1996). Kornea menerima cahaya dari sumbernya (yang terpantul, dan yang langsung dari benda), dan meneruskannya ke pupil. Fungsi utama kornea adalah meneruskan cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya tersebut diteruskan ke bagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada retina (selaput jala).

2. Lensa mata
     Apakah persamaan lensa mata dengan lensa buatan? Masih ingatkah Anda sifat-sifat lensa? Lensa mata terdiri atas kristal lunak dan bening. Lensa mata mempunyai dua permukaan dengan jari-jari kelengkungan 7,8 mm (Gabriel, 1996).
    Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh otot siliari. Otot siliari mampu menyesuaikan ketebalan lensa dengan berelaksasi atau berkontraksi. Otot tersebut dimanfaatkan untuk memfokuskan cahaya pada objek yang dekat (sesuai jarak dekat mata seseorang) atau sangat jauh (sesuai jarak jauh mata). Lensa mata menerima cahaya yang melewati pupil dan meneruskannya  pada retina. Lensa dapat ikut membiaskan cahaya yang masuk.
    Lensa mata berfungsi mengatur pemfokusan cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning (macula lutea). Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. Proses menipis dan menebal lensa diatur oleh otot siliari.
    Apabila objek didekatkan, otot siliari akan meningkatkan kelengkungan lensa dan mengurangi panjang fokus agar bayangan tetap difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi. Daya akomodasi tergantung pada umur seseorang. Jika umur makin tua, maka daya akomodasi makin menurun. Hal ini disebabkan elastisitas lensa mata makin berkurang.
    Jarak benda terdekat yang masih dapat terlihat jelas oleh mata disebut jarak dekat mata. Anak-anak dapat memfokuskan benda yang terletak pada jarak 10 cm. Seseorang makin tua, kemampuan berakomodasi makin kurang dan jarak dekat matanya bertambah panjang.
    Jarak jauh mata adalah jarak terjauh benda yang masih dapat terlihat jelas oleh mata. Mata normal memiliki jarak dekat 25 cm dan jarak jauh takhingga.
Untuk mengukur jarak dekat mata Anda, lakukan kegiatan 3.1.


Kegiatan 1

a. Judul Kegiatan : Pandangan dekat
b. Tujuan : menentukan jarak pandangan dekat
c. Alat dan bahan : 1) Penutup mata; 2) jarum; 3) alat ukur panjang
d. Cara kerja :
1) Tutuplah satu mata Anda dengan penutup mata yang telah
tersedia, atau tutup dengan tangan dan fokuskan mata yang lain
pada jarum lurus yang dipegang tangan Anda jauh-jauh.
2) Dekatkan jarum perlahan-lahan mendekati mata Anda, hingga
jarum tampak kabur.
3) Ukurlah oleh rekan Anda, jarak dari mata ke jarum.
e. Kesimpulan:
1. Berapa jarak dekat mata Anda berdasarkan hasil pengukuran rekan Anda?
2. Apa kesimpulan Anda, mengenai jarak pandangan dekat mata seseorang?


3. Iris dan pupil
     Iris adalah bagian mata yang berwarna. Iris disebut selaput pelangi. Mengapa disebut demikian? Selaput ini memberikan pola warna pada mata manusia. Iris ada yang berwarna hitam, cokelat, abu-abu, biru atau hijau (Ibrahim, 2004: 18). Iris berwarna karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm dan tebal 0,5 mm (Suharno, 2006: 8.29).
Iris berfungsi sebagai diafragma (Wikipedia, 2008), yaitu mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
     Pupil adalah lubang pada iris. Pupil terdapat di tengah-tengah iris. Pupil berfungsi mengatur cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata melebar jika kondisi ruangan gelap atau cahaya yang diterima sedikit. Pupil menyempit (menguncup) jika kondisi ruangan terang atau cahaya yang diterima banyak. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.

4. Retina
     Retina atau selaput jala terdiri atas serangkaian sel-sel saraf yang meliputi hampir seluruh dinding dalam, tetapi hanya di bagian bintik kuning terdapat sel-sel saraf sebagai fotoreseptor. Fotoreseptor adalah reseptor yang peka terhadap cahaya.
     Jaringan reseptor utamanya adalah sel-sel sensoris yang berbentuk batang (rods) dan kerucut (cones), terdapat pada lapisan jaringan saraf atau lapisan sebelah dalam retina. Ackerman (1979: 32) mengemukakan “the active photoreceptors, called rods and cones, are located in the retina.”
     Reseptor berfungsi mengubah energi cahaya menjadi pulsa listrik yang merambat sepanjang saraf optik ke otak. Reseptor berbentuk batang peka terhadap cahaya lemah. Reseptor berbentuk kerucut peka terhadap rangsang cahaya yang cukup kuat. Dengan demikian fungsi retina adalah sebagai layar penangkap bayangan pada mata.
     Pada retina terdapat bintik kuning (macula lutea). Gambar 3.2 menunjukkan letak Macula Lutea. Bagian ini yang paling peka terhadap cahaya (sel-sel berbentuk kerucut peka terhadap rangsang cahaya cukup kuat). Supaya kita dapat melihat benda dengan jelas, bayangan benda harus jatuh tepat pada bintik kuning.

2. Lensa Kacamata
     Lensa kacamata diperlukan sebagai lensa korektif terhadap kelainan mata. Terdapat dua kelainan mata yang umum yaitu rabun jauh (myopi atau miopia) dan rabun dekat (hypermetropia atau hyperopia). Keduanya dapat dikoreksi dengan lensa, baik kacamata atau pun lensa kontak.
     Rabun jauh (myopi atau miopia) adalah mata yang hanya dapat memfokuskan pada benda dekat. Mata miopia disebut mata pelihat dekat atau mata dekat. Jarak jauh lensa mata ini tidak berada pada takhingga, tetapi pada jarak lebih dekat. Sebagai akiatnya benda jauh tidak terlihat jelas. Hal ini disebabkan berkas sinar difokuskan sebelum mencapai retina, akibat bola mata terlalu lonjong. Kadang-kadang kelengkungan kornea-lah yang terlalu besar. Pada kedua kasus tersebut, bayangan benda yang jauh terfokus di depan retina (Gambar 3 a).
     Lensa divergen (karena menyebabkan berkas paralel menyebar), memungkinkan berkas-berkas tersebut terfokus pada retina (Gambar 3 b). Dengan demikian lensa divergen dapat memperbaiki kelainan ini.

Gambar 3 Rabun jauh (myopi)

     Rabun dekat (hyperopia atau hypermetropia) adalah mata yang tidak dapat memfokus pada benda dekat. Mata hipermetropia disebut mata pelihat jauh atau mata jauh. Walaupun benda-benda jauh terlihat jelas, jarak dekat mata agak lebih besar daripada normal (25 cm) yang menyebabkan sulit membaca. Berkas sinar difokuskan setelah retina (Gambar 4 a). Kelainan ini disebabkan oleh biji mata yang terlalu pendek. Kelainan ini dapat dikoreksi oleh lensa konvergen (Gambar 4 b).

Gambar 4 Rabun dekat (hyperopia)

     Presbyopia (mata tua) serupa dengan hyperopia (rabun dekat) adalah berkurangnya kemampuan mata untuk berakomodasi. Presbyopia adalah istilah untuk melukiskan kesalahan akomodasi pada mata orang lanjut usia. Elastisitas lensa mata orang lanjut usia berkurang, sehingga tidak dapat .memfokuskan bayangan sebuah benda yang dekat dengan mata.
     Umur seseorang bertambah menyebabkan jarak dekat matanya bertambah jauh. Penglihatan jauh mata presbyopia tetap baik. Lensa konvergen mampu mengoreksi kelainan ini. Mata presbyopia ini dapat juga menggunakan kacamata bifokus, di mana bagian atas adalah lensa untuk melihat jauh dan bagian bawah adalah lenda untuk melihat dekat.
Catatan: Untuk menyelesaikan soal-soal mengenai aplikasi pembiasan cahaya dalam alat-alat optik dapat digunakan persamaan-persamaan lensa yang sudah dibahas pada bab sebelumnya.

Contoh Soal 1:
Mata rabun dekat
Seseorang rabun dekat memiliki jarak dekat 100 cm. Berapa daya lensa kacamata baca agar orang ini dapat membaca surat kabar pada jarak 25 cm? (Anggap lensa sangat dekat dengan mata).
Penyelesaian:
Sebuah benda yang diletakkan 25 cm dari lensa, diharapkan bayangannya berada 100 cm pada sisi yang sama dari lensa. Dengan demikian do =25 cm, di = -100 cm, (tanda negatif karena bayangan adalah maya, letaknya sama dengan benda yaitu di depan lensa), dan persamaan lensa:
1/f = 1/do + 1/di
1/f = 1/25 + 1/(-100)
1/f=(4-1)/100 = 3/100
f = 33,3 cm atau 0,333 m

Kekuatan lensa berdasarkan definisi P = 1/f
maka P = 1/0,333 = = +3 Dioptri
(tanda + menunjukkan bahwa lensa adalah konvergen).

Contoh Soal 2:
Mata rabun jauh
Mata rabun jauh memiliki jarak dekat 12 cm dan jarak jauh 17 cm. Berapa kekuatan lensa yang dibutuhkan agar orang itu dapat melihat benda jauh dengan jelas, dan berapa jarak dekatnya? Anggap lensa berada 2,0 cm dari mata (umum untuk kacamata).

Penyelesaian:
a).Tentukan kekuatan lensa yang dibutuhkan untuk memfokuskan benda pada jarak takhingga, ketika mata sedang rileks. Untuk benda jauh (do = ∞, lensa harus meletakkan bayangan 17 cm dari mata (jarak jauhnya), yang berarti 15 cm dari depan lensa; berarti di = -15 cm (tanda minus menunjukkan bahwa bayangan maya terletak di depan lensa). Gunakan persamaan lensa untuk memperoleh panjang fokus lensa yang dibutuhkan:
1/f = 1/di + 1/do
1/f = (-1)/15 + 1/~ = (-1)/15
Jadi f = -15 cm = - 0,15 m
P = 1/f = - 6,7 Dioptri
(tanda minus menunjukkan bahwa lensa tersebut adalah divergen).

b) Untuk menentukan jarak dekat ketika memakai kacamata, perhatikan bahwa bayangan yang tajam harus berada 12 cm dari mata (jarak dekatnya yang berarti 10 cm dari lensa); sehingga di = -10 cm = -0,10 m (tanda minus menunjukkan bahwa bayangan adalah maya, dan terletak di depan lensa), dan persamaan lensa menghasilkan:
1/do =1/f - 1/di
1/do = (-1)/0,15 + 1/0,10
= (-2)/0,30 + 3/0,30
do = 0,30 m

Jadi do = 0,30 m yang berarti jarak dekat mata ketika orang tersebut mengenakan kacamata adalah 0,30 m di depan lensa.

3. Kaca Pembesar (Lup)
    Kaca pembesar atau lup adalah lensa cembung (konvergen) untuk mengamati benda-benda kecil. Bergantung pada apakah benda itu “tampak besar’ bila dilihat menggunakan lup? Benda akan tampak besar bergantung pada sudut yang dibentuk oleh benda pada mata (sudut lihat). Apabila kita mendekatkan benda ke mata sehingga benda tersebut membentuk sudut yang lebih besar, maka benda tersebut akan tampak lebih besar.
     Dalam Gambar 5, benda diletakkan pada jarak lebih pendek daripada panjang fokusnya. Kemudian lensa konvergen membentuk bayangan maya, paling tidak berada 25 cm dari mata agar mata dapat terfokus padanya.
    Jika mata rileks (ini lebih sehat), bayangan akan berada pada takhingga, benda tepat berada pada titik fokus.

Gambar 5 Benda dilihat melalui Lup

Perbesaran lateral (m) didefinisikan sebagai perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda:

m = hi/ho

Dari gambar 5, perbesaran lateral juga didefinisikan sebagai perbandingan jarak bayangan dengan jarak benda:
m = di/do

      Untuk perhitungan biasanya dimisalkan bahwa do disesuaikan sehingga bayangan maya dibentuk 25 cm di depan lensa (karena jarak ini adalah jarak benda bagi orang bermata normal). Jika mata rileks (untuk ketegangan mata paling kecil, agar mata rileks), bayangan akan berada pada takhingga dan benda perlu tepat di titik focus, sehingga do = f.
     Perbesaran anguler (M) didefinisikan sebagai perbandingan sudut yang dibentuk oleh benda ketika menggunakan lensa (θ’) dengan sudut yang dibentuk tanpa bantuan lensa (θ), benda pada jarak dekat N mata normal (N=25 cm).

M = θ^'/θ
θ’ = sudut yang dibentuk oleh benda ketika
menggunakan lensa
θ = sudut yang dibentuk oleh benda ketika
tanpa menggunakan lensa
Kita dapat menulis M dalam panjang fokus dengan melihat bahwa:
θ = h/N dan θ’ = h/do
dengan h adalah tinggi benda, N adalah jarak dekat mata normal, do adalah jarak benda. Anggap sudut-sudut itu kecil, sehingga θ dan θ’ sinus sama dengan tangennya (dengan catatan bahwa θ dan θ’ memakai satuan radian).
     Jika mata rileks (untuk ketegangan mata paling kecil), bayangan akan berada pada takhingga dan benda perlu tepat di titik fokus, maka do = f dan θ’ = h/f. Dengan demikian:

M = θ^'/θ = (h⁄f)/(h⁄N)
maka M = N/f
(mata terfokus pada ~, dan N = 25 cm untuk mata normal).

Contoh Soal 5:
Lup tukang emas
Lensa konvergen dengan panjang fokus 8 cm yang digunakan sebagai “lup tukang emas” merupakan kaca pembesar. Perkirakan perbesaran anguler ketika mata rileks!
Penyelesaian:
Dengan mata rileks terfokus pada takhingga, dan N = 25 cm jarak benda untuk mata normal.
M = N/f = 25/8 = 3,1

4. Kamera Sederhana
     Kamera dan mata beroperasi berdasarkan prinsip yang sama. Komponen-komponen dasar kamera adalah lensa, kotak tidak tembus cahaya, penutup (shutter) dan film. Lensa mata dan lensa kamera berfungsi memfokuskan cahaya. Bayangan terbentuk pada film kamera.
     Apabila penutup (shutter) dibuka, maka cahaya dari benda luar (dalam medan pandangan) difokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada film. Film terdiri atas bahan dasar plastik yang dilapisi bahan kimia yang peka terhadap cahaya, dan mengalami perubahan apabila cahaya mengenainya.


Gambar 6 Kamera sederhana

Terdapat 3 setelan utama pada kamera: kelajuan penutup (shutter), f-stop, dan pemfokusan.
a. Kelajuan penutup (shutter)
     Kelajuan shutter mengacu pada lamanya penutup (shutter) dibuka dan lamanya film terkena cahaya. Laju ini bervariasi waktu pencahayaannya dari 1 sekon sampai 1/1000 sekon. Jika benda bergerak, laju shutter yang lebih tinggi dibutuhkan untuk “menghentikan” gerak tersebut.
b. f-stop
    Mengapa cahaya yang mencapai film harus dikendalikan? Apabila cahaya terlalu sedikit (kekurangan cahaya), maka hanya tampak benda yang paling terang. Sebaliknya apabila cahaya terlalu banyak (kelebihan cahaya), semua benda terang tampak sama, sehingga tidak ada kontras.
Ukuran bukaan bervariasi untuk mengimbangi terang atau gelap, kepekaan film dan kecepatan shutter yang berbeda. Ukuran bukaan diatur dengan f-stop, didefinisika
f-stop = f/D
f = panjang fokus lensa
D = diameter bukaan

Contoh Soal 3:
Ukuran bukaan f-stop
(a). Jika sebuah lensa panjang fokusnya 50 mm memiliki diameter bukaan D =25 mm,
berapa ukuran bukaan f-stop?
(b). Jika lensa yang panjang fokusnya 50 mm itu diatur pada f/8, berapa diameter
bukaan D?

Penyelesaian:
(a) f-stop = f/D = 50mm/25mm = 2
Maka lensa tersebut diatur pada f/2.
(b) f-stop = f/D
8 = 50mm/D; D = 50mm/8 = 6,25 mm
Jadi lensa itu diatur pada f/8 dan memiliki diameter bukaan 6,25 mm.

c. Pemfokusan
     Pemfokusan adalah peletakan lensa pada posisi yang benar relatif terhadap film untuk memperoleh bayangan yang paling tajam. Jarak bayangan minimum untuk benda pada jarak takhingga sama dengan panjang fokus. Untuk benda-benda yang lebih dekat, jarak bayangan lebih besar dari panjang fokus seperti diramalkan oleh persamaan lensa:
1/f = 1/do + 1/di
Untuk memfokuskan benda-benda dekat, lensa harus dijauhkan dari film, dan hal ini dapat dilakukan dengan memutar sebuah gelang pada lensa.

Contoh Soal 4:
Fokus kamera
Berapa jarak lensa kamera dengan panjang fokus 50 mm harus digerakkan dari setelan takhingga untuk memfokuskan dengan tajam pada benda yang jauhnya 3,00 meter?
Penyelesaian:
Ketika terfokus pada takhingga, lensa berada 50 mm dari film. Ketika terfokus pada do = 3,00 m, jarak bayangan dinyatakan dengan persamaan lensa:
1/di = 1/f – 1/do
1/di = 1/50 – 1/3000
= 60/3000 – 1/3000
1/di = 59/3000
di = 3000/59 = 50,8 mm, sehingga lensa bergerak (50,8 -50,0) mm = 0,8 mm.
Catatan: Pada penyelesaian soal nomor 3.4 di atas, diperoleh harga pergeseran lensa sejauh 0,8 mm, menurut Anda lensa bergerak mendekati atau menjauhi film?

6. Kamera Digital
     Karema digital adalah kamera yang menggunakan perekaman digital. Perbedaan antara kamera digital dengan kamera biasa (sederhana) hanya berbeda cara merekam. Kamera biasa (sederhana) menggunakan media film sebagai media penerima gambar. Kamera digital merekam gambar dengan sensor elektronik sebagai pengganti pita film.
     Kamera digital mempunyai banyak fungsi yaitu menyimpan foto, gambar video, atau pun rekaman suara. Kamera digital dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1). Kamera video
Kamera video profesional yang digunakan dalam pembuatan acara televisi dan film.
2. Kamera diam
Kamera digital diam adalah kamera yang digunakan untuk menangkap gambar diam
3). Webcam
Webcam adalah kamera digital yang dikoneksikan ke komputer dan digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lainnya.

7. Mikroskop
    Apakah Mikroskop itu? Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu micron = kecil dan scopos = tujuan adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang (Wikipedia, 2008). Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk memperbesar benda yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Wikipedia, 2008).
Baca lebih lengkap...

Senin, 24 Mei 2010

MODEL BUKU AJAR FISIKA DASAR BERORIENTASI ILMU HAYATI

Toto1), Nuryani Y. Rustaman2), A. Rusli3), dan Agus Setiawan2)
1) Universitas Galuh Ciamis, 2) SPs UPI , 3) FMIPA ITB

Abstrak
Studi tentang model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati melibatkan data dari berbagai sumber dan sejumlah mahasiswa calon guru Biologi sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat. Data–data dikumpulkan dengan teknik kuesioner, wawancara, penulisan dokumen, tes awal dan akhir. Ujicoba dilaksanakan pada sejumlah mahasiswa angkatan 2007/2008 semester 2 (n=33) dan angkatan 2008/2009 semester 1 (n=35) sebagai responden. Dari hasil penelitian dirumuskan enam kompetensi fisika dalam konteks biologi, yaitu pengukuran dan satuan, kalor, termodinamika, listrik statik, listrik dinamik, dan alat-alat optik. Hasil analisis teks buku ajar melalui uji rumpang sebesar 62% (tinggi), melalui formula SMOG (Simplified Measure of Gobbledygook) menunjukkan teks sesuai bagi mahasiswa tingkat pertama (usia >18 tahun). Penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dengan N-gain 0,49 (sedang).

Kata kunci: Model buku ajar, Fisika berorientasi Ilmu Hayati.


Abstract
A study to investigate how the model of subject-matter for Fundamental Physics oriented to life sciences is developed for biology prospective teachers. The data were collected by using questionnaire, interview, document, pre-and post-test. The respondents were biology prospective teachers from one private teachers college in West Java that involved 33 students of the second semester of 2007/2008 academic period and 35 students of the first semester of 2008/2009 academic period. It was found that there were seven physics competencies including comprehend of measurement and units concept, heat, thermo-dynamics, static electricity, dynamic electricity, and optical instruments. The result of subject-matter analysis through cloze test is high (62%) and through SMOG (Simple Measure of Gobbledygook) formula is suitable for the first grade of University Biology students of age above 18 years old. The use of teaching material in Fundamental Physics lecture can improve the mastery of Physics concept by N-gain 0,49 (medium).

Keywords: The model of subject-matter, Physics oriented to Biology


Pendahuluan
Mahasiswa calon guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dibekali berbagai matakuliah MIPA Dasar, yaitu matakuliah Matematika Dasar, Kimia Dasar, Fisika Dasar dan Biologi Umum. Mereka memperoleh matakuliah Fisika Dasar sebagai latar belakang fisika yang diperlukan untuk tugas profesional sebagai guru dalam bidang studinya masing-masing. Pada umumnya mahasiswa calon guru Biologi tidak tertarik pada kuliah fisika. Mereka memandang fisika sebagai matakuliah yang sulit (Toto, 2008). Giancoli (2005) mengemukakan “kadang-kadang fisika dianggap subjek yang sulit. Namun, kadang-kadang matematika dianggap lebih sulit daripada fisika itu sendiri”. Sekalipun bukan hasil riset ilmiah, pendapat ini merupakan masukan dan bahan pertimbangan untuk mencari solusi bagaimana agar matematika tidak menjadi sumber kesulitan dalam mempelajari fisika.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap mahasiswa calon guru biologi sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat (Toto, 2008), menunjukkan banyak mahasiswa yang tidak tertarik pada fisika. Mereka kurang berminat untuk mempelajari fisika, terlihat dari banyaknya perolehan nilai Fisika Dasar mereka yang rendah. Hasil penelusuran pada program studi pendidikan biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat tersebut, menunjukkan mahasiswa calon guru biologi menemui kendala dalam memahami materi kuliah Fisika Dasar. Hal tersebut diketahui dari nilai hasil belajar yang relatif kurang. Modus perolehan nilai mahasiswa dalam matakuliah Fisika Dasar I dan II angkatan dua tahun terakhir adalah cukup (C).
Penggunaan matematika yang rumit dalam perkuliahan Fisika Dasar, menyebabkan para mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahaminya. Hasil penelitian Belsasar (1989) dan Sugiatno (1990) menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam penerapan matematika dalam pembelajaran fisika. Hasil penelitian kedua peneliti ini dapat dijadikan pijakan bahwa fokus mahasiswa calon guru biologi belajar fisika, tidak untuk menghitung menggunakan matematika, tetapi untuk memahami pola pikir fisika dan hukum-hukumnya. Mereka mempelajari aturan–aturan dalam fisika dengan inferensi logis digunakan untuk memahami proses fisis dalam konteks biologi.
Dari hasil wawancara terungkap bahwa para mahasiswa calon guru biologi mengalami kesulitan tentang penggunaan matematika dalam perkuliahan Fisika Dasar. Oleh karena itu, perkuliahan Fisika Dasar untuk mahasiswa calon guru biologi kadar matematikanya dikurangi. Penurunan rumus-rumus fisika dalam perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru biologi tidak menggunakan diferensial dan integral.
Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika, maka diperlukan bahan ajar Fisika Dasar yang manfaatnya dapat langsung dirasakan. Konsep-konsep fisika diperlukan oleh mereka untuk diaplikasikan dalam bidang studi biologi yang digelutinya. Oleh karena itu, diperlukan bahan ajar Fisika Dasar yang memiliki keterkaitan dengan ilmu hayati, disamping penggunaan matematika sederhana (tidak menggunakan diferensial dan integral). Mahasiswa calon guru biologi dimungkinkan dapat berkonsentrasi secara langsung pada materi fisika. Pengurangan kadar matematika dalam fisika merupakan satu pendekatan dalam perkuliahan Fisika Dasar, sehingga diharapkan mahasiswa tertarik pada fisika. Pendekatan demikian menambah minat mahasiswa yang umumnya tidak memiliki motivasi untuk mempelajari fisika (Cromer, 1994).
Penyajian materi subjek dalam buku ajar harus memenuhi kriteria keterbacaan (readability). Kriteria ini bertujuan agar memudahkan mahasiswa dalam memahami panyajian materi-subjek dari buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan penulis dianalisis berdasarkan keterbacaan menggunakan formula uji rumpang (cloze test) dan formula SMOG (Simplified Measure of Gobbledygook).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi. Tujuan secara rinci yaitu: (1) menemukan model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi; (2) menentukan tingkat keterbacaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati berdasarkan formula uji rumpang dan formula SMOG (Simplified Measure of Gobbledygook); dan (3) meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru biologi melalui penggunaan buku ajar Fisika Dasar Berorientasi Ilmu Hayati.

Metode
Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development ) atau Educational R & D. Studi ini diarahkan pada pengembangan buku ajar Fisika Dasar yang berorientasi pada ilmu hayati. Buku ajar dirancang berdasarkan analisis kebutuhan dan keterkaitan konsep-konsep fisika dalam konteks ilmu hayati.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa calon guru biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat. Jumlah mahasiswa angkatan 2007/2008 (tingkat satu semester 2, tahun akademik 2007/2008) sebanyak 33 orang, dan angkatan 2008/2009 (tingkat satu semester 1, tahun akademik 2008/2009) sebanyak 35 orang.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap pertama (tahap studi pendahuluan dan penyusunan buku ajar); tahap kedua (tahap perlakuan awal, penerapan dan evaluasi) dan tahap ketiga (tahap pengkajian buku ajar). Tahap pertama, tahap studi pendahuluan menggunakan metode deskriptif. Studi ini mengungkapkan kondisi (awal) buku ajar yang biasa digunakan dalam perkuliahan Fisika Dasar. Pada tahap ini juga dilakukan analisis kebutuhan pengembangan buku ajar dan analisis silabus Fisika Dasar. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap studi pendahuluan, kemudian dirancang buku ajar hipotetik. Rancangan ini bertujuan untuk menghasilkan draf buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati yang akan dikembangkan.
Tahap kedua yakni tahap perlakuan awal, penerapan dan evaluasi dilakukan untuk menguji hasil pengembangan buku ajar tersebut. Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan ujicoba buku ajar. Dilakukan analisis terhadap keterkaitan konsep-konsep fisika dalam konteks ilmu hayati, tanggapan mahasiswa terhadap buku ajar, dan analisis keterbacaan buku ajar bagi mahasiswa calon guru biologi.
Tahap ketiga (tahap akhir penelitian) dilakukan pengkajian dan penetapan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati. Pada tahap ini dilakukan penelitian menggunakan metode quasi eksperimen. Desain penelitian ini dibagankan dalam Gambar 1.

Tes awal Perlakuan Tes akhir
Subjek O X O

Gambar 1. Desain tes awal-tes akhir satu kelompok
Keterangan:
O = tes awal dan tes akhir
X = penggunaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati

Dalam quasi eksperimen ini dilakukan pengukuran untuk melihat apakah penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap konsep-konsep fisika yang diaplikasikan pada ilmu hayati. Data-data yang terkumpul diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan uji t. Peningkatan penguasaan konsep fisika dianalisis menggunakan N-gain (g) sebagai berikut.
S post - S pre
N-g = —---------———-- (Hake, 1999; Coletta, 2007)
Smaks - Spre

N-gain = Normalized gain (gain yang dinormalisasi)
dengan Spre = skor tes awal; Spost = skor tes akhir; Smaks = skor maksimum.
Tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan atas tiga kategori yaitu:
Tinggi : g > 0,7; sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7; dan rendah : g <>18 tahun). .
3) Penggunaan bahan ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru biologi sebesar 49% (sedang).

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. and Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. United State: Longman. Inc.

Belsasar. (1989). Kesulitan Siswa dalam Penguasaan Konsep Matematika yang digunakan dalam Fisika dan Bumi Antariksa. Tesis S2 pada PPs IKIP Bandung: Tidak diterbitkan

Coletta, V. P. et. al. (2007). Interpreting force concept inventory scores: Normalized gain And SAT scores. [online]. Tersedia: http://www.prst-per.aps.org/PRSTPER/v3/i1/e010106/. [5 Agustus 2008]

Cromer, A.H. (Penerjemah: Sumartono,P.) (1994). Fisika untuk Ilmu-ilmu Hayati. Jogjakarta: Gajah Mada University Press
Dermawan, R. dkk. (2005). Pedoman Penulisan Buku Ajar: Menuju Pencapaian
Standar Kualitas Tinggi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Ellington, H. Producing Paper-Based Teaching/Learning Materials. The Robert Gordon University. [online]. Tersedia: http://www.apu.gcall.ac.uk /ciced/Ch13.html. [24 Agustus 2007]
Giancoli, D. C (2005). Physics: Principles with Applications. Sixth edition. London: Prentice Hall International, Inc.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [5 Agustus 2008]
McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction. New York: Addison wesley Longman, Inc

NRC (National Research Council). (1996). National Science Education Standards. Washington DC: The National Academic of Sciences
Pannen, P. dan Purwanto. (2001). Applied Approach: Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas –UT

Rustaman, N. (1995). Proposal Pengkajian dan Penilaian Buku Pelajaran IPA Biologi SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum-Depdikbud

Rusyana, Y. & Suherli. (2004). Pedoman Keterbacaan Buku Pelajaran SD. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Sugiatno. (1990). Kesulitan Penggunaan Konsep Matematika Siswa dalam Pelajaran Fisika Kelas I SMA. Tesis S2 pada PPs IKIP Bandung: Tidak dipublkasikan

Suhadi, R. (1996). Analisis Bahasa Buku Paket SMA dari Segi Keterbacaan (Suatu Pendekatan Analisis Kalimat dan Uji Rumpang yang Dilakukan oleh Pembelajar Jurusan Fisika di SMA Negeri di Kotamadya Bandung. Disertasi Doktor. Tidak dipublikasikan. Bandung: PPs – IKIP
Wikipedia. (2008a). Gobbledygook. [Online]. Tersedia: {http://en.wikipedia.org/}. [20 Nopember 2008]

Wikipedia. (2008b). Cloze Test. [online]. Tersedia: www.en.wikipedia.org. [10 Desemberi 2008]
Baca lebih lengkap...

Sabtu, 22 Mei 2010

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA DASAR BERORIENTASI ILMU HAYATI BAGI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI

Toto
FKIP- Universitas Galuh Ciamis

Nuryani Y. Rustaman dan Agus Setiawan
Prodi Pendidikan. IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Abstract: A study to investigate how the learning material for Fundamental Physics oriented to the life sciences is developed for biology teacher students. The data were collected by using questionnaires, interviews, document, pre-and post test, and materials downloaded from some websites. The respondents were biology teacher students from a private teacher’s college in West Java that involved 33 students of the second semester of the 2007/2008 academic year and 35 students of the first semester of the 2008/2009 academic year. It was found that there were 13 physics competencies and 13 physics topics including measurement and unit, motion, force and Newton’s laws, energy, fluids, sound, heat, thermo-dynamics, static electricity, dynamic electricity, light, optical instruments, and modern physics divided into Fundamental Physics I and II. The scheme of the text book consist of title, competence, indicators, objectives, materials (application of Physics conceps in Biology), student activities, examples of exercises, summaries, questions, exercises and quizes, glossaries, and a bibliography. The result of subject-matter analysis through the cloze test is high (62%), and through the SMOG (Simple Measure of Gobbledygook) formula is suitable for the first grade of university Biology students of age above 18 years. The subject-matter is also developed based on discourse analysis by organizing the teaching material through the structure of pedagogical explanation. The use of teaching material in Fundamental Physic lecture can improve the mastery of Physics concept by N-gain 0,49 (medium). Based on this research result, it is recommended to research for developing such lecture model of Fundamental Physics using very limited Mathematics for Biology teacher students.
Keywords: The development of teaching material, Physics oriented to Biology, pedagogical explanation, Cloze test, SMOG (Simple Measure of Gobbledygook) formula


Pendahuluan
Mahasiswa calon guru Biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat dibekali mata kuliah Fisika Dasar selama dua semester yaitu Fisika Dasar I dan II sebagai latar belakang fisika yang diperlukan untuk tugas guru profesional dalam bidang studinya. Pada umumnya mahasiswa calon guru Biologi tidak tertarik pada kuliah fisika. Mereka memandang fisika sebagai matakuliah yang sulit (hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa calon guru biologi, 2008). Giancoli (2005) mengemukakan “kadang-kadang fisika dianggap subjek yang sulit. Namun, kadang-kadang matematika dianggap lebih sulit daripada fisika itu sendiri”. Sekalipun bukan hasil riset ilmiah, pendapat ini merupakan masukan dan bahan pertimbangan untuk mencari solusi bagaimana agar matematika tidak menjadi sumber kesulitan dalam mempelajari fisika.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa calon guru biologi sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat (Toto, 2008) menunjukkan banyak mahasiswa yang tidak tertarik pada fisika. Mereka kurang berminat untuk mempelajari fisika, terlihat dari banyaknya perolehan nilai Fisika Dasar mereka yang rendah. Hasil penelusuran pada program studi pendidikan biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat tersebut, menunjukkan mahasiswa calon guru biologi menemui kendala dalam memahami materi kuliah Fisika Dasar. Hal tersebut diketahui dari nilai hasil belajar yang relatif kurang (Tabel 1). Dalam Tabel 1 tampak bahwa modus perolehan nilai mahasiswa dalam matakuliah Fisika Dasar I dan II angkatan dua tahun terakhir adalah cukup (C).
Penggunaan matematika yang rumit dalam perkuliahan Fisika Dasar, menyebabkan para mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahaminya. Hasil penelitian Belsasar (1989) dan Sugiatno (1990) menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam penerapan matematika dalam pembelajaran fisika. Hasil penelitian kedua peneliti ini dapat dijadikan pijakan bahwa fokus mahasiswa calon guru biologi belajar fisika, tidak untuk menghitung menggunakan matematika, tetapi untuk memahami pola pikir fisika dan hukum-hukumnya. Mereka mempelajari aturan–aturan dalam fisika dengan inferensi logis digunakan untuk memahami proses fisis dalam konteks biologi.
Dari hasil wawancara (Toto, 2008) terungkap bahwa para mahasiswa calon guru biologi mengalami kesulitan tentang penggunaan matematika dalam perkuliahan Fisika Dasar. Oleh karena itu, perkuliahan Fisika Dasar untuk mahasiswa calon guru biologi kadar matematikanya dikurangi. Penurunan rumus-rumus fisika dalam perkuliahan Fisika Dasar bagi mahasiswa calon guru biologi tidak menggunakan diferensial dan integral.
Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika, maka diperlukan bahan ajar Fisika Dasar yang manfaatnya dapat langsung dirasakan. Konsep-konsep fisika diperlukan oleh mereka untuk diaplikasikan dalam bidang studi biologi yang digelutinya. Oleh karena itu, diperlukan bahan ajar Fisika Dasar yang memiliki keterkaitan dengan ilmu hayati, disamping penggunaan matematika sederhana (tidak menggunakan diferensial dan integral). Mahasiswa calon guru biologi dimungkinkan dapat berkonsentrasi secara langsung pada materi fisika. Pengurangan kadar matematika dalam fisika merupakan satu pendekatan dalam perkuliahan Fisika Dasar, sehingga diharapkan mahasiswa tertarik pada fisika. Pendekatan demikian menambah minat mahasiswa yang umumnya tidak memiliki motivasi untuk mempelajari fisika (Cromer, 1994).
Bahan ajar Fisika terdiri atas buku ajar, animasi dan buku elektronik (e-book). Penyajian materi subjek dalam buku ajar harus memenuhi kriteria keterbacaan (readability). Kriteria ini bertujuan agar memudahkan mahasiswa dalam memahami panyajian materi-subjek dari buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan penulis dianalisis berdasarkan uji keterbacaan menggunakan formula uji rumpang (cloze test). Analisis kesesuaian teks buku ajar terhadap usia peserta didik digunakan formula SMOG (Simple Measure of Gobbledygook).
Penelitian bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi. Secara rinci tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut: (1) menemukan pola penulisan model buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi; (2) menentukan tingkat keterbacaan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati berdasarkan formula uji rumpang, dan kesesuaian teks buku ajar terhadap usia peserta didik berdasarkan formula SMOG (Simple Measure of Gobbledygook); (3) menemukan keunggulan dan keterbatasan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati bagi mahasiswa calon guru biologi.

Metode Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam jenis penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development ) atau Educational R & D. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa calon guru biologi pada sebuah LPTK-PTS di Jawa Barat. Jumlah mahasiswa angkatan 2007/2008 (tingkat satu semester 2, tahun akademik 2007/2008) sebanyak 33 orang, dan angkatan 2008/2009 (tingkat satu semester 1, tahun akademik 2008/2009) sebanyak 35 orang.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap pertama (tahap studi pendahuluan dan penyusunan buku ajar); tahap kedua (tahap perlakuan awal, penerapan dan evaluasi) dan tahap ketiga (tahap pengkajian buku ajar). Tahap pertama, tahap studi pendahuluan menggunakan metode deskriptif. Studi ini mengungkapkan kondisi (awal) buku ajar yang biasa digunakan dalam perkuliahan Fisika Dasar. Pada tahap ini juga dilakukan analisis kebutuhan pengembangan buku ajar dan analisis silabus Fisika Dasar. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap studi pendahuluan, kemudian dirancang buku ajar hipotetik. Rancangan ini bertujuan untuk menghasilkan draf buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati yang akan dikembangkan.
Tahap kedua yakni tahap perlakuan awal, penerapan dan evaluasi dilakukan untuk menguji hasil pengembangan buku ajar tersebut. Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan uji coba buku ajar. Dilakukan analisis terhadap keterkaitan konsep-konsep fisika dalam konteks ilmu hayati, tanggapan mahasiswa terhadap buku ajar, dan analisis keterbacaan buku ajar bagi mahasiswa calon guru biologi.
Tahap ketiga (tahap akhir penelitian) dilakukan pengkajian dan penetapan bahan ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati. Pada tahap ini dilakukan penelitian menggunakan metode quasi eksperimen. Dalam quasi eksperimen ini dilakukan pengukuran untuk melihat apakah penggunaan bahan ajar dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap konsep-konsep fisika yang diaplikasikan pada ilmu hayati. Data-data yang terkumpul diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan uji t. Peningkatan penguasaan konsep fisika dianalisis menggunakan N-gain (g) sebagai berikut.

N-g = S post-S pre/S maks-Spre (Hake, 1999; Coletta, 2007)

N-gain = Normalized gain (gain yang dinormalisasi)
dengan Spre = skor tes awal; Spost = skor tes akhir; Smaks = skor maksimum.
Tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan atas tiga kategori yaitu:
Tinggi : g > 0,7
Sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7
Rendah : g <>18 tahun).
3. Keunggulan buku ajar Fisika Dasar berorientasi Ilmu Hayati sebagai berikut: (1) materi buku ajar menumbuhkan rasa ingin tahu; (2) materi buku ajar mendorong mahasiswa mencari inspirasi lebih jauh; dan (3) buku ajar membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar. Kelemahan buku ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati yaitu dalam buku ajar masih terdapat rumus-rumus yang menyulitkan mahasiswa, dan kurang menyajikan pengalaman sehari-hari.
4 Penggunaan bahan ajar Fisika Dasar berorientasi ilmu hayati dalam perkuliahan Fisika Dasar dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika mahasiswa calon guru biologi sebesar 49% (sedang).

Daftar Pustaka
Belawati, T. dkk. (2006). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: UT

Belsasar. (1989). Kesulitan Siswa dalam Penguasaan Konsep Matematika yang digunakan dalam Fisika dan Bumi Antariksa. Tesis S2 pada PPs IKIP Bandung: Tidak diterbitkan

BPTP. (2005). Penyusunan Naskah Bahan Ajar: Teori dan Praktik. Bandung: Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan – Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat

Coletta, V. P. et. al. (2007). Interpreting force concept inventory scores: Normalized gain And SAT scores. [online]. Tersedia: http://www.prst-per.aps.org/PRSTPER/v3/i1/e010106/. [5 Agustus 2008]

Cromer, A.H. (Penerjemah: Sumartono,P.) (1994). Fisika untuk Ilmu-ilmu Hayati. Jogjakarta: Gajah Mada University Press

Ellington, H. Producing Paper-Based Teaching/Learning Materials. The Robert Gordon University. [online]. Tersedia: http://www.apu.gcall.ac.uk /ciced/Ch13.html. [24 Agustus 2007]

Giancoli, D. C (2005). Physics: Principles with Applications. Sixth edition. London: Prentice Hall International, Inc.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [5 Agustus 2008]
Hayati, S. (2001). Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Kehidupan dan Alam Pekerjaan. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia

McMillan, J. H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction. New York: Addison wesley Longman, Inc
NRC (National Research Council). (1996). National Science Education
Standards. Washington DC: The National Academic of Sciences

Pannen, P. dan Purwanto. (2001). Applied Approach: Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas –UT

Rustaman, N. (1995). Proposal Pengkajian dan Penilaian Buku Pelajaran IPA Biologi SLTP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum-Depdikbud

Rusyana, Y. & Suherli. (2004). Pedoman Keterbacaan Buku Pelajaran SD. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Sugiatno. (1990). Kesulitan Penggunaan Konsep Matematika Siswa dalam Pelajaran Fisika Kelas I SMA. Tesis S2 pada PPs IKIP Bandung: Tidak dipublkasikan

Suhadi, R. (1996). Analisis Bahasa Buku Paket SMA dari Segi Keterbacaan (Suatu Pendekatan Analisis Kalimat dan Uji Rumpang yang Dilakukan oleh Pembelajar Jurusan Fisika di SMA Negeri di Kotamadya Bandung. Disertasi Doktor. Tidak dipublikasikan. Bandung: PPs – IKIP
Wikipedia. (2008b). Cloze Test. [online]. Tersedia: www.en.wikipedia.org. [10 Desember 2008]
Baca lebih lengkap...

Kamis, 20 Mei 2010

PROFIL PENULIS

Nama lengkap Toto, lahir di Majalengka, tepatnya di Desa Buniwangi Kecamatan Leuwimunding (sekarang Kecamatan Palasah). Beliau dilahirkan pada Selasa malam Rabu pukul 21.00 WIB, 26 Pebruari 1958.

Pendidikan
Pendidikan Dasar diikuti di Desa kelahirannya yaitu SD Negeri 1 Buniwangi (1966-1971) Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.    Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri Leuwimunding (1972-1974). Pada awal 1975 masuk Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan Negeri (SMPPN) Sumedang di Cimalaka. Di sekolah ini beliau hanya bertahan satu catur wulan, kemudian pindah ke SMPP Negeri Cirebon (sekarang SMAN 4 Cirebon), dan lulus dari jurusan IPA akhir 1977. Awal 1978 masuk Program Sarjana Muda pada jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE) IKIP Bandung (sekarang UPI). Pada 1978 terjadi perubahan awal tahun akademik, yaitu dari Januari berubah menjadi juli, sehingga terdapat penambahan 1 semester. Pada tahun akademik 1979/1980 program Sarjana Muda berubah menjadi Program Diploma 3. Beliau menjalani pedidikan pada Program Diploma 3 (1978-1981), dan lulus Agustus 1981. Pada tahun 1983 melanjutkan ke program S1 pada jurusan yang sama (pendidikan Fisika), dan lulus setahun kemudian yaitu Juli 1984.  Program Pascasarjana S2 dan S3  linier dengan  program S1 yaitu Pendidikan IPA (Fisika). Lulus Program S2 prodi Pendidikan IPA, 1992 dan lulus Program S3 pada 2009.

Pekerjaan
Setelah lulus Diploma 3 pada 1981, beliau mengajar di beberapa SMA diantaranya yaitu SMAN  1 Majalengka, SMA PGRI 1 Majalengka, SMA PGRI Leuwimunding (Kabupaten Majalengka), dan MAN Babakan Ciwaringin C irebon, dan terakhir sebagai guru Fisika di SMA N Talaga sebelum akhirnya pada 1986 beliau diangkat sebagai dosen Kopertis wilayah 4 Jawa Barat ditempatkan pada FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang. Pada 1988 beliau mutasi ke STKIP Galuh Ciamis (sekarang Universitas Galuh Ciamis).

Alamat
Pembaca dapat menghubungi beliau di Dusun Warungjati Rt 21 Rw 08 (dekat Masjid Al Ishlah), Desa/Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis, sekitar 300m dari SMPN 1 Cijeungjing ke arah Banjar. HP yang dapat dihubungi 085223074934. e-mail: totobio_unigal@yahoo.com dan totounigal_cm@yahoo.com.
Baca lebih lengkap...
 

Daftar Blog Saya

WAHANA EDUKASI Copyright © 2011 dibangun dengan hati oleh Irfa Razak untuk Kepentingan Dunia Pendidikan