IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ILAHIYAH
DALAM PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS GALUH
Oleh: Toto
A. Pendahuluan
Universitas
Galuh diharapkan menjadi sebuah Universitas Unggul se-Priangan Timur. Harapan Universitas
Galuh lainnya adalah tercipta kehidupan kampus
yang religius. Untuk terciptanya kehidupan kampus yang religius, maka nilai-nilai
Ilahiyah harus dimiliki oleh mahasiswa, dan merupakan salah satu karakteristik yang
harus dimiliki oleh seluruh sivitas akademika Universitas Galuh. Nilai-nilai Ilahiyah ini perlu ditanamkan
kepada mahasiswa dalam perkuliahan, disamping menanamkan ilmu pengetahuan sesuai dengan
disiplin ilmunya.
Dosen memiliki tanggung
jawab dalam penanaman jiwa keislaman, yakni peningkatan keimanan dan ketaqwaan
sebagai dasar pengembangan bahan kajian, pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Dalam perkuliahan diharapkan dosen mengarahkan pada internalisasi
nilai-nilai Ilahiyah dan aktualisasinya sebagai etika sosial dalam kehidupan
sehari-hari. Tentunya keimanan dan ketaqwaan itu diwujudkan dalam bentuk sikap adaptif, kritis, kreatif, kooperatif,
produktf, dan kompetitif.
Suatu perkuliahan perlu
didayagunakan sebagai alat untuk menciptakan pola pikir dan cara hidup yang
benar. Setiap disiplin ilmu harus terkait dengan wilayah keyakinan dan sumber
keyakinan seseorang. Beberapa karakteristik nilai yang dianggap pokok dan
universal antara lain nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, visioner,
dan peduli (Rochman, 2010: 102).
Rochman (2010: 103)
mengungkapkan bahwa ilmu merupakan bagian dari Islam dan hakikatnya bersumber
dari Allah SWT. Oleh karena itu,
perkuliahan harus mengantarkan kepada kesadaran terhadap nilai kebaikan dan
keselamatan. Kebaikan yang bersumber dari Allah SWT dalam perkuliahan akan
membentuk akhlak mulia.
Kenyataan menunjukkan
bahwa dalam perkuliahan di Universitas Galuh belum menanamkan nilai-nilai Ilahiyah. Sebagai
contoh kasus dalam perkuliahan Fisika untuk Biologi hanya berfokus pada
penguasaan konsep fisika, sehingga perkuliahan Fisika kurang berkontribusi
terhadap pembentukan sikap positip para mahasiswa dalam mengenali dan
mengagungkan Sang Pencipta (Tuhan, Allah SWT) sebagai moral agama. Dengan
menanamkan nilai-nilai Ilahiyah, tentu setiap perkuliahan disiplin ilmu
memiliki kontribusi terhadap pembentukan sikap positif tersebut. Permasalahan yang harus dicari solusinya
adalah bagaimanakah mengimplementasikan nilai-nilai Ilahiyah dalam perkuliahan
setiap disiplin ilmu?
B. Nilai-nilai Ilahiyah
Kata Nilai (Inggris: value)
dimaknai sebagai harga. Kata harga memiliki tafsiran yang beragam ketika kata
ini dihubungkan dengan suatu objek atau dipersepsi dari suatu sudut pandang
tertentu. Dalam kehidupan terdapat harga menurut ilmu ekonomi,
psikologi, sosiologi, antropologi, politik maupun agama, seperti harga
dalam kegunaan barang (nilai ekonomis), keyakinan individu (nilai psikologis),
norma sosial (nilai sosiologis), budaya (nilai antropologis), kekuatan atau
kepentingan (nilai politis), dan keyakinan beragama (nilai agama).
Menurut Muhadjir (dalam
Ardiansyah, 2012: 1 ) bahwa secara hierarkis nilai dapat dikelompokkan ke dalam
dua macam, yaitu: 1) nilai-nilai
Ilahiyah, yang terdiri dari nilai
ubudiyah dan nilai muamalah; 2) nilai etika insani, yang tediri dari nilai
rasional, nilai sosial, nilai individual, nilai biofisik, nilai ekonomik, nilai
politik, dan nilai estetik. Secara hakiki nilai Ilahiyah merupakan nilai yang
memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai
lainnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan
(Mulyana, 2004: 35). Sementara Ardiansyah (2011: 1) mengemukakan bahwa nilai
Ilahiyah (nilai hidup etik religius) memiliki kedudukan vertikal lebih tinggi
daripada nilai hidup lainnya.
C.
Implementasi
Nilai-nilai Ilahiyah dalam Perkuliahan Fisika
Bagaimana
mengimplementasikan nilai-nilai Ilahiyah dalam perkuliahan Fisika? Kita tahu
bahwa fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan
dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika biasanya dibagi menjadi
gerak, fluida, kalor, bunyi, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik modern
seperti relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel
elementer dan astrofisika (Giancoli, 1998: 1-2).
Tujuan utama semua
sains (termasuk fisika) umumnya dianggap merupakan usaha untuk mencari
keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berpikir bahwa sains adalah
proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori. Hal ini tidak
benar. Sains adalah suatu aktivitas kreatif yang dalam banyak hal menyerupai
aktivitas kreatif pikiran manusia.
Orang yang mempelajari fisika ia melakukan
observasi dengan penuh perhatian agar dapat menjawab “bagaimana” suatu fenomena
itu berlangsung. Alam semesta dan
proses-proses yang terjadi didalamnya seringkali dinyatakan sebagai ayat-ayat
Allah (Baiquni, 1997: 6). Memeriksa
atau meneliti alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah.
Manusia diharuskan untuk mengenal alam sekelilingnya dengan baik, sebagaimana
Allah SWT memerintahkan dalam ayat 101 surah Yunus: “Katakanlah :
Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi .....”. Kegiatan fisika
yang penting adalah observasi atau pengamatan terhadap bagian alam yang ingin
kita ketahui sifat dan kelakuannya pada kondisi tertentu. Jadi aspek penting yang pertama dalam fisika adalah pengamatan
peristiwa. Namun, pengamatan memerlukan imajinasi, karena ilmuwan tidak akan
pernah bisa memasukkan semuanya dalam satu deskripsi mengenai apa yang mereka
amati. Dengan demikian, ilmuwan harus melakukan penilaian mengenai apa yang
relevan dengan pengamatan mereka.
Dalam fisika sering
dilakukan pengukuran besaran-besaran fisis sistem, seperti panjang, lebar, jarak, berat, temperatur, kelajuan, kekakuan
dan sebagainya. Setelah pengamatan, aspek penting yang kedua dalam fisika adalah pengukuran.
Kuantifikasi dilakukan semaksimal mungkin, sebab segala sesuatu akan menjadi
kabur dalam fisika apabila hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Apabila
terdapat ungkapan “Angin bertiup sepoi-sepoi
basa” ungkapan ini bukan
merupakan pernyataan fisika melainkan puisi.
Pernyataan fisika harus seperti ini : “Udara mengalir dengan kecepatan
10 kilometer per jam dengan temperatur 22o C dan
kelembaban 85 persen. Di dalam Al Qur’an sendiri petunjuk itu dengan jelas
dinyatakan dalam ayat 49 surah Al Qomar: “ Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukuran.”
Aspek penting yang ketiga dalam fisika adalah
analisis terhadap data yang terkumpul dari berbagai pengukuran
besaran-besaran fisis yang terkait yang dilakukan melalui proses pemikiran yang
kritis. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil-hasilnya dengan penalaran yang
sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional.
Para ilmuwan terkemuka memandang kegiatan
ilmiah sebagai bagian dari pengalaman beragama. Mereka tidak memisahkan kajian tentang
alam dari pandangan dunia mereka yang religius. Sebagaimana Charles Towner
pemegang hadiah Nobel Fisika (dalam Golshani, 2004: 8) menyatakan bahwa ia
tidak membedakan sains dan agama, tetapi memandang penjelajahan alam semesta
sebagai bagian dari pengalaman religius. Dengan demikian, kajian tentang alam
demi mengungkapkan ayat-ayat Tuhan di alam semesta adalah sebentuk ibadah.
Dengan mengaitkan nilai-nilai Ilahiyah ke
wilayah akademik dalam perkuliahan diharapkan akan tercipta lingkungan kampus yang religius. Sains
yang dikuasi mahasiswa harus
sebagai alat yang dapat meningkatkan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT dan berjiwa/semangat Islami,
tentu efektif dalam membangun masyarakat tauhid. Oleh karena konsep tauhid ini menjadi prinsip
paling dasar dari ajaran Islam (Kartanegara, 2005: 31). Sebagaimana juga
dikemukakan Golshani (2004) bahwa dalam Islam, segala sesuatu berputar di
sekitar poros tauhid.
D. Penutup
Implementasi
nilai-nilai Ilahiyah dalam perkuliahan Fisika yakni mengaitkan nilai-nilai ke-Tuhanan
dengan kajian-kajian alam semesta, merupakan pengalaman religius dan memiliki
nilai ibadah. Nilai-nilai Ilahiyah ini dapat diimplementasikan dalam setiap perkuliahan disiplin ilmu dengan
tujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para mahasiswa.
DAFTAR REFERENSI
Ardiansyah,
M. A., 2011, Macam-macam Nilai dalam Islam. [Online]. Tersedia:
Maret 2012]
Bagir,
Z. A., 2005, Intergrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi, Bandung:
Mizan
Baiquni,
A., 1997, Al Qur’an dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa
Giancoli,
1998, Fisika Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Golshani,
M., (Pen. Ahsin Muhammad)., 2004, Melacak Jejak Tuhan dalam Sains:
Tafsir Islami atas Sains, Bandung: Mizan
Kartanegara, M.,
2005, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung:
Arasy Mizan
Mulyana,
R., 2004, Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta
Rochman, Ch., dan Setiawan, A, 2010. Pengembangan Pembelajaran Fisika
Berbasis Nilai Agama Islam, Bandung Lampung: Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan III Unila