HTTP://TOTOBIOUNIGAL.BLOGSPOT.COM
WAHANA EDUKASI by TotoBio Unigal Ciamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 09 Juli 2013

IMPLEMENTASI NILAI- NILAI ILAHIYAH DALAM PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS GALUH CIAMIS


IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ILAHIYAH
DALAM PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS GALUH

Oleh: Toto

A.     Pendahuluan
Universitas Galuh diharapkan menjadi sebuah Universitas Unggul se-Priangan Timur. Harapan Universitas Galuh lainnya adalah tercipta kehidupan kampus  yang religius. Untuk terciptanya kehidupan kampus yang religius, maka nilai-nilai Ilahiyah harus dimiliki oleh mahasiswa,  dan merupakan salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh seluruh sivitas akademika Universitas Galuh.  Nilai-nilai Ilahiyah ini perlu ditanamkan kepada mahasiswa dalam perkuliahan, disamping  menanamkan ilmu pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmunya.
Dosen memiliki tanggung jawab dalam penanaman jiwa keislaman, yakni peningkatan keimanan dan ketaqwaan sebagai dasar pengembangan bahan kajian, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dalam perkuliahan diharapkan  dosen mengarahkan pada internalisasi nilai-nilai Ilahiyah dan aktualisasinya sebagai etika sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya keimanan dan ketaqwaan itu diwujudkan dalam  bentuk  sikap adaptif, kritis, kreatif, kooperatif, produktf, dan kompetitif.
Suatu perkuliahan perlu didayagunakan sebagai alat untuk menciptakan pola pikir dan cara hidup yang benar.   Setiap disiplin ilmu harus  terkait dengan wilayah keyakinan dan sumber keyakinan seseorang. Beberapa karakteristik nilai yang dianggap pokok dan universal antara lain nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, visioner, dan peduli (Rochman, 2010: 102).
Rochman (2010: 103) mengungkapkan bahwa ilmu merupakan bagian dari Islam dan hakikatnya bersumber dari Allah SWT.  Oleh karena itu, perkuliahan harus mengantarkan kepada kesadaran terhadap nilai kebaikan dan keselamatan. Kebaikan yang bersumber dari Allah SWT dalam perkuliahan akan membentuk akhlak mulia.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam perkuliahan di Universitas Galuh  belum menanamkan nilai-nilai Ilahiyah. Sebagai contoh kasus dalam perkuliahan Fisika untuk Biologi hanya berfokus pada penguasaan konsep fisika, sehingga perkuliahan Fisika kurang berkontribusi terhadap pembentukan sikap positip para mahasiswa dalam mengenali dan mengagungkan Sang Pencipta (Tuhan, Allah SWT) sebagai moral agama. Dengan menanamkan nilai-nilai Ilahiyah, tentu setiap perkuliahan disiplin ilmu memiliki kontribusi terhadap pembentukan sikap positif tersebut.  Permasalahan yang harus dicari solusinya adalah bagaimanakah mengimplementasikan nilai-nilai Ilahiyah dalam perkuliahan setiap disiplin ilmu?

B.     Nilai-nilai Ilahiyah
Kata Nilai (Inggris: value) dimaknai sebagai harga. Kata harga  memiliki tafsiran yang beragam ketika kata ini dihubungkan dengan suatu objek atau dipersepsi dari suatu sudut pandang tertentu. Dalam kehidupan terdapat harga menurut ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, antropologi, politik maupun agama, seperti harga dalam kegunaan barang (nilai ekonomis), keyakinan individu (nilai psikologis), norma sosial (nilai sosiologis), budaya (nilai antropologis), kekuatan atau kepentingan (nilai politis), dan keyakinan beragama (nilai agama).
Menurut Muhadjir (dalam Ardiansyah, 2012: 1 ) bahwa secara hierarkis nilai dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu:  1) nilai-nilai Ilahiyah, yang terdiri dari  nilai ubudiyah dan nilai muamalah; 2) nilai etika insani, yang tediri dari nilai rasional, nilai sosial, nilai individual, nilai biofisik, nilai ekonomik, nilai politik, dan nilai estetik. Secara hakiki nilai Ilahiyah merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan (Mulyana, 2004: 35). Sementara Ardiansyah (2011: 1) mengemukakan bahwa nilai Ilahiyah (nilai hidup etik religius) memiliki kedudukan vertikal lebih tinggi daripada nilai hidup lainnya.

C.     Implementasi Nilai-nilai Ilahiyah dalam Perkuliahan Fisika

Bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Ilahiyah dalam perkuliahan Fisika? Kita tahu bahwa fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika biasanya dibagi menjadi gerak, fluida, kalor, bunyi, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel elementer dan  astrofisika  (Giancoli, 1998: 1-2).
Tujuan utama semua sains (termasuk fisika) umumnya dianggap merupakan usaha untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam sekitarnya.  Banyak orang yang berpikir bahwa sains adalah proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori. Hal ini tidak benar. Sains adalah suatu aktivitas kreatif yang dalam banyak hal menyerupai aktivitas kreatif pikiran manusia.
   Orang yang mempelajari fisika ia melakukan observasi dengan penuh perhatian agar dapat menjawab “bagaimana” suatu fenomena itu berlangsung. Alam semesta dan  proses-proses yang terjadi didalamnya seringkali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah (Baiquni, 1997: 6).  Memeriksa atau meneliti alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah. Manusia diharuskan untuk mengenal alam sekelilingnya dengan baik, sebagaimana Allah SWT memerintahkan dalam ayat 101 surah Yunus: “Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi .....”. Kegiatan fisika yang penting adalah observasi atau pengamatan terhadap bagian alam yang ingin kita ketahui sifat dan kelakuannya pada kondisi tertentu. Jadi aspek  penting yang pertama dalam fisika adalah pengamatan peristiwa. Namun, pengamatan memerlukan imajinasi, karena ilmuwan tidak akan pernah bisa memasukkan semuanya dalam satu deskripsi mengenai apa yang mereka amati. Dengan demikian, ilmuwan harus melakukan penilaian mengenai apa yang relevan dengan pengamatan mereka.
Dalam fisika sering dilakukan pengukuran besaran-besaran fisis sistem, seperti panjang, lebar,  jarak, berat, temperatur, kelajuan, kekakuan dan sebagainya. Setelah pengamatan, aspek  penting yang kedua dalam fisika adalah pengukuran. Kuantifikasi dilakukan semaksimal mungkin, sebab segala sesuatu akan menjadi kabur dalam fisika apabila hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Apabila terdapat ungkapan “Angin bertiup sepoi-sepoi  basa”  ungkapan ini bukan merupakan pernyataan fisika melainkan puisi.  Pernyataan fisika harus seperti ini : “Udara mengalir dengan kecepatan 10 kilometer per jam dengan temperatur 22o  C   dan kelembaban 85 persen. Di dalam Al Qur’an sendiri petunjuk itu dengan jelas dinyatakan dalam ayat 49 surah Al Qomar: “ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
Aspek  penting yang ketiga dalam fisika adalah analisis terhadap data yang terkumpul dari berbagai pengukuran besaran-besaran fisis yang terkait yang dilakukan melalui proses pemikiran yang kritis. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil-hasilnya dengan penalaran yang sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional.   
 Para ilmuwan terkemuka memandang kegiatan ilmiah sebagai bagian dari pengalaman beragama. Mereka tidak memisahkan kajian tentang alam dari pandangan dunia mereka yang religius. Sebagaimana Charles Towner pemegang hadiah Nobel Fisika (dalam Golshani, 2004: 8) menyatakan bahwa ia tidak membedakan sains dan agama, tetapi memandang penjelajahan alam semesta sebagai bagian dari pengalaman religius. Dengan demikian, kajian tentang alam demi mengungkapkan ayat-ayat Tuhan di alam semesta adalah sebentuk ibadah.
 Dengan mengaitkan nilai-nilai Ilahiyah ke wilayah akademik dalam perkuliahan diharapkan akan tercipta  lingkungan kampus yang religius.  Sains  yang dikuasi  mahasiswa harus sebagai alat yang dapat meningkatkan ketaqwaan mereka  kepada Allah SWT dan berjiwa/semangat Islami, tentu efektif dalam membangun masyarakat tauhid.  Oleh karena konsep tauhid ini menjadi prinsip paling dasar dari ajaran Islam (Kartanegara, 2005: 31). Sebagaimana juga dikemukakan Golshani (2004) bahwa dalam Islam, segala sesuatu berputar di sekitar poros tauhid.


D.    Penutup
Implementasi nilai-nilai Ilahiyah dalam perkuliahan Fisika yakni mengaitkan nilai-nilai ke-Tuhanan  dengan kajian-kajian  alam semesta,  merupakan pengalaman religius dan memiliki nilai ibadah. Nilai-nilai Ilahiyah ini dapat diimplementasikan  dalam setiap perkuliahan disiplin ilmu dengan tujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para mahasiswa.

DAFTAR REFERENSI
Ardiansyah, M. A., 2011, Macam-macam Nilai dalam Islam. [Online]. Tersedia:
           Maret 2012]

Bagir, Z. A.,  2005,  Intergrasi Ilmu dan Agama:  Interpretasi dan Aksi, Bandung:
          Mizan

Baiquni, A., 1997,  Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Yogyakarta: Dana
          Bhakti Prima Yasa

Giancoli, 1998, Fisika Jilid 1, Jakarta: Erlangga

Golshani, M., (Pen. Ahsin Muhammad)., 2004, Melacak Jejak Tuhan dalam Sains: 
           Tafsir Islami atas Sains, Bandung: Mizan

Kartanegara,  M.,  2005,  Integrasi Ilmu:  Sebuah Rekonstruksi Holistik,  Bandung:
          Arasy Mizan

Mulyana, R.,  2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta

Rochman,  Ch., dan Setiawan, A,  2010. Pengembangan Pembelajaran Fisika Berbasis Nilai Agama Islam, Bandung Lampung: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan III Unila

0 komentar:

 

Daftar Blog Saya

WAHANA EDUKASI Copyright © 2011 dibangun dengan hati oleh Irfa Razak untuk Kepentingan Dunia Pendidikan